Personal Letter (versi Dibuang Sayang)



-->

Behind the screen:
Pesonal Letter ini dibuat sekitar bulan-bulan awal di tahun 2009. Tertuju kepada seorang klien (Mr. X) yang meminta dibuatkan 'branding' untuk sebuah anak perusahaan / divisi baru sebuah perusahaan yang cukup mapan. Klien meminta 'branding' untuk anak perusahaan yang akan berdiri, sebut saja perusahaan xxx.
Branding? Jika berbicara 'branding' pada kami, maka harus diklarifikasi dulu persepsinya, branding seperti apa yang dimaksud? Karena pengertian 'branding' yang dibicarakan di lingkungan kami di 'sekolahan' dan dari obrolan dengan para dosen juga brand-master, berbeda sekali dengan istilah umum di masyarakat kita.
Klien memperkenalkan perusahaan xxx sebagai perusahaan baru dengan goal concept yang cukup tinggi, sehingga bisa dibilang high standard, karena perencanaan jangka pendek maupun jangka panjang perusahaan yang diperkenalkannya tersebut cukup fantastic dan (bombastic). Sehingga saya berani pasang target 'branding' untuk perusahaan tersebut. Namun selang beberapa proses kujalani ternyata 'branding' tidak sesuai untuk perusahaan xxx tersebut, wadah perusahaan tidak siap menjalaninya. Karena pernyataanku tersebut, akibatnya saya mendapat klaim dari klien bahwa katanya pemikiran saya terlalu kaku, terlalu teoritis, masih pakai pola kampus, dan belum tau cara kerja di lapangan.
Setelah ditelusuri kemudian kusimpulkan ternyata yang dimaksud client itu bukan pesan 'branding' seperti pengertian 'branding' yang sebenarnya, tapi just asking for visual brand.
Project ini dijalankan hingga tuntas dalam waktu sekitar 8 bulan, mulai dari creating proposal, analisis market - makro dan mikro, logo & brand book, brand roadmap, aplikasi logo, serta berbagai proses finishing.
----- Berikut, adalah Personal Letter (yang saya kirimkan untuk klien saya tersebut) --- versi dibuang sayang ;-)


---------------

Assalamu’alaikum Wr Wb
Dear Mr X,
Punten nih terus terang agak bingung , dan ada sedikit informasi tentang branding yang saya tau:
Yang saya masih bingung, data-data yang kemaren di print + proposalnya itu adalah data true branding (branding yang benerannya). Dan untuk melakukannya perlu SDM yang berpengalaman terutama di bidang manajemen, marketing, dan visual. Karena branding yang sesungguhnya menangani semua hal, justru visual/desain itu disimpan belakangan. Jadi umumnya setelah melakukan Brand Management selama minimal 5 tahunan baru keluar logo yang sesungguhnya juga media-media visual lainnya (contohnya, BNI melakukan brand management 12 tahun (yang terus didampingi oleh strategic integrator dari perusahaan branding), setelah rapih semua hingga soft aspect-nya, barulah launching logo baru dan mengganti media visual lainnya). Dan kenyataannya memang jarang perusahaan yang benar-benar melakukan branding.
Dari obrolan kita, yang saya tangkep mungkin maksudnya bukan branding, jadi kita hanya menangani sebatas Visual Brand nya saja (menangani masalah tampilan desainnya saja, bukan nge-branding).
Tapi nggak tau juga.., apakah kita memang akan melakukan true branding gitu? Kalau kita memang akan melakukan true branding, pertanyaanya:
  • Sebesar apa perusahaan xxx itu?
  • Sejauh apa aplikasi branding yang xxx perlukan ?
  • Sebesar apa kesiapan kita? SDM yang diperlukan untuk true branding minimal : Brand Manager, Strategic Integrator (Manajemen & Marketing Konsultan), Tim Desain (Art Director, Creative Director, Tim Creative)
Dulu waktu workshop branding, saya sempet ngobrol dg Sakti Maki (yg nge-branding Coca-Cola Company, & si Sakti Maki ini punya perusahaan branding internasional), singkat cerita.. perusahaannya pernah menolak BNI yg pengen di-branding karena behaviour dari mulai pimpinan sampai karyawan BNI tidak mau berubah sesuai dg image yang akan dibentuk, jadi si Sakti Maki ini mangkel karena orang-orang BNI gak mau diatur sesuai dengan image yang dipesen BNI sendiri.
Jadi permasalahan branding yang sesungguhnya adalah sampai mengkampanyekan nilai-nilai dan behavior yang akan dibentuk di perusahaan itu, justru masalah desain itu belakangan.
Sementara yang nge-branding BNI akhirnya tim branding dari Hermawan Kartajaya (pakar Manajemen & Marketing). Proses branding-nya diceritakan di buku yg judulnya Transform. Jadi tim Branding Hermawan K. ini punya tim Strategic Integrator yang tugasnya menyelami pola kerja BNI (terjun dan berbaur langsung dengan para karyawan BNI, bukan hanya wawancara tapi ikut merasakan suasana kerjanya. Dilakukan dalam jangka waktu yang lama sekali, berapa lama ya.. lupa, tepatnya ada di buku. Lalu mereka merumuskan berbagai pola manajemen dan marketing, dan seterusnya hingga perwujudan ke media visual. Menurutku itu udah hebat sekali , tapi Sakti Maki masih memaki-maki program branding nya Hermawan Kartajaya itu, menurut Sakti Maki itu tidak bisa dinamakan branding, karena dasar pemikirannya hanya produk dan pemasaran. Sementara branding yang sesungguhnya, dasar pemikirannya seharusnya dari core values dan behaviour yang akan dibentuk.
Entahlah..
Tapi saya setuju denganSakti Maki. Jika didasarkan pada produk / pemasaran, mungkin akarnya tidak begitu kuat untuk sebuah ‘branding’ yang everlasting. Tapi juga yang didasari behaviour dan core values juga mesti perusahaan yang udah kuat modalnya. Contoh produknya : Coca cola, Levis,.. (dengan dasar nilai-nilai dan budaya yang mereka bentuk, mereka tidak terpengaruh oleh harga pasaran. Saat harga jeans lain turun.. Levis tidak ikut-ikutan turun, Levis tetap Levis, ia tetap eksis, ketidakstabilan harga pasar gak begitu berpengaruh dan tidak mengurangi image brand yang dibentuk Levis. Itu lah contoh brand yang didasarkan dari mata rantai pembentukan nilai-nilai dan behaviour. Sementara pembentukan brand yang didasarkan pada sistem pemasaran/produk biasanya ia akan terpengaruh dengan kondisi pasar, seperti yang pernah dikatakan bahwa produk brand hanya untuk jangka pendek saja.
Jadi kesimpulannya mungkin ada 3 jenis branding:
  • True branding (yang dilakukan oleh Sakti Maki)
  • Mid Branding (yang dilakukan Hermawan Kartajaya)
  • Low Branding (yang dilakukan kebanyakan perusahaan di Indonesia)
Mungkin yang akan kita lakukan adalah yang nomor 3. Kalo yang itu.. teorinya gak ada di buku.. Jadi langkah-langkahnya yang lebih tau,pasti yang berpengalaman bikin branding super instant seperti itu.
Tapi saya akan berusaha buat usulan yang terpikir oleh saya saja dulu (dengan imajinasi sendiri) sebelum nanti mungkin akan diskusi dg rekan-rekan yang berpengalaman ( Mr.Yy , Mrs. Xx,..). Jadi yang ini usulan atas nama pribadi saja, karena di lapangannya saya gak tau. Jika ternyata di lapangan perlu ada perubahan sesuai dengan medannya, oke oke aja.
(Jadi proposal yg kemaren itu mau diganti dulu sedikit. Sebenarnya teori yang di print kemaren itu juga nggak on book banget, banyak yang ngarang juga, ada yang dirubah juga dari teori aslinya.)
Thanks.
- Inge Susanti -2008/2009
---------

posted under |

No comments:

Newer Post Older Post Home